PENINGKATAN PROFESIONALISASI GURU

Pendahuluan

Figur sebagai seorang guru adalah ujung tombak kesuksesan pendidikan, karena maju mundurnya pendidikan terletak di tangan seorang guru. Dalam kondisi bagaimanapun guru tetap memegang posisi yang sangat vital dan penting, demikian halnya dalam pengembangan IPTEK dan perkembangan global. Eksistensi guru tetap penting, karena peran guru tidak seluruhnya dapat digantikan dengan teknologi. Bagaimanapun canggihnya sebuah teknologi, tetap saja bodoh dibandingkan guru, karena IPTEK seperti komputer tidak akan dapat diteladani, bahkan bisa menyesatkan jika penggunaannya tanpa ada kontrol. Fungsi kontrol ini terletak ditangan guru dan membuat posisi guru tetap penting.

Meskipun demikian seorang guru yang menduduki posisi penting dalam perkembangan dunia pendidikan harus memiliki kriteria tentang guru, sebab tidak semua guru itu penting kalau ia tidak dapat menggunakan dan memberikan teladan bagi peserta didik dan masyarakat di sekitarnya. Bahkan tidak jarang ada guru yang bisa menyesatkan perkembangan anak bangsa. Misalnya guru yang memaksakan kehendak sendiri terhadap peserta didik, mempersulit perkembangan peserta didik, pilih kasih, tidak adil, dendam terhadap peserta didik, mendiskriditkan peserta didik, menganggap bahwa gurulah yang selalu benar dan masih banyak lagi contoh-contoh lainnya.

Pentingnya guru bergantung kepada guru itu sendiri. Sedikitnya terdapat tiga kata yang menjadikan seorang guru penting, tidak saja dalam pembelajaran di kelas, tetapi dalam kehidupan bermasyarakat. Tiga kata tersebut sekaligus menjadi sifat dan karakteristik guru, yakni kreatif, profesional, dan menyenangkan. Guru harus kreatif dalam memilah dan memilih, serta mengembangkan materi standar untuk membentuk kompetensi peserta didik. Guru harus profesional dalam membentuk kompetensi sesuai dengan tingkat perkembangan dan karakteristik peserta didik. Guru juga harus menyenangkan, tidak saja bagi peserta didik, tetapi juga dirinya. Dengan kata lain pembelajaran yang dilaksanakan oleh seorang guru harus menjadi kebutuhan sehari-hari, harus dicintai, agar dapat membentuk dan membangkitkan rasa cinta dan nafsu belajar peserta didik. Sifat kreatif seorang guru sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, kebutuhan masyarakat sera perkembangan pandangan dunia terhadap pendidikan.

          Makalah ini tidak saja bermanfaat bagi guru tetapi juga bagi tenaga kependidikan lain, dan masyarakat pada umumnya, demi terciptanya pendidikan yang berkualitas dalam mewujudkan masyarakat madani dengan sumber daya manusia yang bermutu. Semua itu hanya dapat diwujudkan oleh seorang guru yang profesional, yang mampu menciptakan pembelajaran kreatif dan menyenangkan.

            Sejalan dengan apa yang dimuat dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2004 memberikan rambu-rambu untuk seorang guru dalam mengorganisir dan memenej pekerjaan mereka sebagai tenaga pendidik. Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dijelaskan juga mengenai tujuan, ruang lingkup, dan proses pembelajaran pada setiap bidang studi yang dipelajari di Sekolah Dasar, diantaranya: Bahasa Indonesia, Matematika, Pendidikan Agama, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), dan Seni Budaya Keterampilan (SBK). KTSP juga memberikan panduan awal dengan menentukan Standar Kompetensi (SK), dan Kompetensi Dasar (KD). Dengan adanya bantuan SK dan KD, guru akan menjabarkan ke dalam bentuk yang lebih detail lagi, seperti penentuan indikator, materi pembelajaran, jumlah jam pertemuan, menetapkan buku-buku sumber, strategi pembelajaran yang digunakan, dan bentuk dan jenis penilaian yang akan digunakan oleh guru.

Seorang guru yang profesional dalam jabatannya akan senatiasa memperhatikan segala tindak-tanduknya dalam melaksanakan tugas yang mulia ini. Bagaimana seharusnya seorang guru berbuat dan bertingkah laku di depan peserta didik, bagaimana seorang guru bertindak-tanduk di lingkungan masyarakat, bagaimana seorang guru dalam mengorganisasikan pembelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik, bagaimana strategi yang digunakan oleh guru, apa pendekatan-pendekatan yang dilakukan oleh guru, bagaimana pencapaian komptensi guru itu sendiri dan masih banyak lagi hal-hal yang harus dipersiapkan oleh seorang guru yang mau profesional.

Memang suatu hal yang rumit bagi guru untuk mengerjakan semua pekerjaan di atas hingga bisa melahirkan suatu pembelajaran yang berarti dan bermakna bagi peserta didik. Tetapi hal ini juga yang akan menjadi beban dan tanggung jawab seorang guru yang harus dilaksanakan. Hal ini harus menjadi tantangan bagi seorang guru dan harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Tetapi diyakini bahwa hal-hal yang menjadi persyaratan bagi seorang guru untuk menuju profesional. Guru yang membelajarkan mata pelajaran Seni, Budaya, dan Keterampilan (SBK) khususnya Pendidikan Seni Musik belum tercapai menurut apa yang digariskan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Hal ini bisa dilihat dari fenomena yang ada di lapangan yaitu, 1) masih banyaknya guru dalam mengerjakan tugas mulia mereka tanpa persiapan sama sekali. Hanya mengandalkan ”apa yang terbawa oleh badan saja”, 2) proses pembelajaran yang berlangsung hanya sebatas bernyanyi, mulai dari permulaan jam pelajaran sampai jam pelajaran berakhir.

           

Kajian Teori

Mulyasa (2007:3) dalam bukunya yang berjudul Menjadi guru yang Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan mengemukakan bahwa, sedikitnya ada tiga syarat utama yang harus deperhatikan dalam pembangunan pendidikan agar berkontribusi terhadap peningkatan sumber daya manusia (SDM), yakni: (1) sarana gedung, (2) buku yang berkualitas, (3) guru dan tenaga kependidikan yang profesional.

Mantan Menteri Pendidikan Nasional Wardiman Djoyonegoro dalam wawancaranya dengan Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) tanggal 16 Agustus 2004. Pada waktu itu dikemukakan bahwa “hanya 43% guru yang memenuhi syarat”, artinya sebagian besar guru (57%) tidak atau belum memenuhi syarat, tidak kompeten, dan tidak profesional”.

Syaodih 1998 dalam Mulyasa (2007:13) mengemukakan bahwa guru memegang peranan yang cukup penting dalam perencanaan maupun pelaksanaan kurikulum. Lebih lanjut dikemukakannya bahwa guru adalah perencana, pelaksana, dan pengembang kurikulum bagi kelasnya. Karena guru berada pada jajaran pengembang, maka guru pulalah yang selalu melakukan evaluasi terhadap penyempunaan kurikulum. Menghadapi tugas yang demikian, betapa pentingnya seorang guru untuk meningkatkan aktivitas, kreativitas, kualitas, dan profesionalisme guru. Hal ini lebih nampak lagi dalam pendidikan yang dikembangkan secara desentralisasi yang sejalan dengan otonomi daerah. Guru diberi kebebasan untuk memilih dan mengembangkan materi standar dan kompetensi dasar sesuai dengan kondisi dan kebutuhan daerah dan sekolah.

Simon Alexander. 1980 dalam Mulyasa, (2007:13) telah merangkum lebih dari 10 hasil penelitian di negara-negara berkembang, dan menunjukkan adanya dua kunci penting dari peran guru yang berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar peserta didik; yaitu: jumlah waktu efektif yang digunakan guru untuk melakukan pembelajaran di kelas, dan kualitas kemampuan guru. Dalam hal ini, guru hendaknya memiliki standar kemampuan profesional untuk melakukan pembelajaran yang berkualitas. Salah satunya dengan mengembangkan metode pelajaran berbasis “PAIKEM” (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan). Bentuk penerapakan PAIKEM itu adalah

  1. Guru-guru selalu berupaya menciptakan kondisi agar siswa selalu aktif di kelas.
  2. Sekolah selalu mendorong guru-guru untuk berinovasi dalam pembelajaran. Ada waktu-waktu tertentu yang memang disediakan bagi guru-guru untuk berinovasi.
  3. Misalnya, melalui KKG. Dalam forum ini guru-guru serumpun membicarakan metode-metode apa yang dapat digunakan dalam pembelajaran berikutnya.
  4. Hasil karya siswa di pajang di kelas.
  5. Ada rewards bagi guru yang berprestasi.

Pembahasan

Semua orang yakin bahwa guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Keyakinan itu muncul karena manusia adalah makhluk lemah, yang dalam perkembangannya senantiasa membutuhkan orang lain, sejak lahir, bahkan pada saat meninggal. Semua itu menujukkan bahwa setiap orang membutuhkan orang lain dalam perkembangannya. Untuk mengungkap dan menemukakan langkah-langkah yang harus dilewati oleh seorang guru dalam rangka meningkatkan mutu, kualitas pendidikan dan dalam rangka meningkatkan profesionalnya seorang guru dapat di lihat dari beberapa aspek diantaranya:

1.      Personality Guru

Minat, bakat, kemampuan, dan potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. Dalam kaitan ini guru perlu memperhatikan peserta didik secara individual, karena satu peserta didik dengan peserta didik yang lain memiliki perbedaan yang sangt mendasar. Guru juga harus berpacu dalam pembelajaran, dengan memberikan kemudahan belajar bagi seluruh peserta didik, agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Dalam hal ini guru harus kreatif, profesional, dan menyenangkan dengan memposisikan diri sebagai berikut: (1) orang tua yang penuh kasih sayang pada peserta didiknya, (2) teman, tempat mengadu, dan mengutarakan perasaan bagi peserta didik, (3) fasilitator yang selalu siap memberikan kemudahan, melayani pesera didik sesuai dengan minat, kemampuan, dan bakatnya, (4) memberikan sumbangan pemikiran kepada orang tua untuk dapat mengetahui permasalahan yang dihadapi anak dan membantu pemecahannya, (5) memupuk rasa percaya diri, berani bertanggung jawab, (6) membiasakan peserta didik untuk saling berhubungan (bersilaturahmi) dengan orang lain secara wajar, (7) mengembangkan proses sosialisasi yang wajar antar peserta didik, orang lain, dan lingkungannya, (8) mengembangkan krativitas, (9) menjadi pembantu ketika diperlukan.

Untuk memenuhi tuntutan di atas, guru harus mampu memaknai pembelajaran sebagai ajang pembentukan kompetensi dan perbaikan kualitas pribadi peserta didik. Untuk kepentingan tersebut, dengan memperhatikan kajian Pullias dan Young (1988), serta Yelon dan Weinstein (1997) dalam Mulyasa (2007:37), dapat diidentifikasikan sedikitnya 19 peran guru, guru sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih, penasehat, pembaharu (innovator), model dan teladan, pribadi, peneliti, pendorong krativitas, pembangkit pandangan, pekerja rutin, pemindah kemah, pembawa ceritera, aktor, emansipator, evaluator, dan sebagai kulminator. Begitu banyak yang harus dilakukan guru dalam memaknai pembelajaran dan secara tak langsung akan meningkatkan profesionalitas dan potensi yang dipunyai guru. Seperti yang diungkapkan mantan Menteri Pendidikan Nasional Wardiman Djoyonegoro dalam wawancara dengan Televisi Pendidikan Indonesia pada tanggal 16 Agustus 2004 yang mengemukakan bahwa “hanya 43% guru yang memenuhi syarat”, artinya sebagian besar guru (57%) tidak atau belum memenuhi syarat, tidak kompeten, dan tidak profesional”. Hal ini sangat memprihatinkan sekali bagi orang-orang yang berada di dalam naungan kependidikan, baik formal maupun non formal. Selaku seorang guru kita harus menyadari di mana posisi kita, apakah sudah menjalankan 19 peran guru yang di kemukakan oleh Yellon dan Weinstein (1997). Untuk memenuhi semua peran yang harus dimiliki oleh guru tentu bukan kerja yang mudah. Seorang guru butuh kerja keras untuk mewujudkan atau memenuhi tuntutan untuk meningkatkan profesionalitas.

Pada akhir-akhir ini pemerintah dalam hal ini Pendidikan Nasional menggalakkan suatu program sertifikasi, yaitu sebuah program penilaian terhadap standar profesionalisasi guru yang dikenal dengan sertifikasi guru. Secara garis besar guru harus menyiapkan hal-hal yang dipersyaratkan dalam sertifikasi seorang guru, seperti fortopolio aktivitas guru yang telah dilakukan dalam rangka meningkatkan wawasan dan pemahaman guru terhadap kependidikan, proses pembelajaran yang telah dilakukan oleh guru (Silabus, SAP, RPP) untuk proses pembelajaran, dan aktivitas-aktivitas lain yang dilakukan untuk lebih memahami tentang seluk-beluk pendidikan, bahkan sampai ke pelatihan-pelatihan, guna meningkatkan kemampuan dan kompetensi guru tersebut.

Pada pembelajaran seni, budaya dan keterampilan khususnya mata pelajaran pendidikan seni musik dapat dilakukan guru dengan menggunakan beberapa metode dan pendekatan-pendekatan yang akan menghantarkan peserta didik kepada pembelajaran pendidikan seni musik yang menyenangkan, menarik, dan bermakna bagi peserta didik. Dengan memperhatikan personality guru yang dijabarkan di atas, guru harus mempersiapkan secara efisien dan efektif segenap kemampuan pribadi dan kemampuan akademis. Layaknya seorang guru yang akan memberikan pembelajaran pendidikan seni musik, sudah tentu harus mengerti akan basic musik, baik itu mengenai vokal maupun mengenai permainan atau praktek musik itu sendiri.

Pada pembelajaran pendidikan seni musik di sekolah dasar kemampuan guru tidak dituntut harus mahir memainkan seluruh alat musik secara profesional layaknya seorang pekerja seni atau ilmu seni murni (fine art) ataupun harus menjadi seorang pakar seni baru bisa membelajarkan seni musik, dan tidak harus menjadi vokalis terkenal dalam menyanyikan lagu-lagu yang sulit, akan tetapi guru lebih diutamakan berperan sebagai seorang akademisi yang akan memberikan pengalaman musik sesuai dengan kehidupan peserta didik di keseharian mereka. Dengan kata lain guru memposisikan dirinya sebagai ilmu seni terapan (application art).

Pada proses pembelajaran yang diberikan atau ditransfer oleh guru harus disesuaikan dengan tingkat pernguasaan dan perkembangan siswa. Selain memenuhi 19 peran guru yang dikemukakan oleh Yellon dan Weinstein (1997), seorang guru juga harus memperhatikan tingkat perkembangan peserta didik. Apa yang sedang digemari dan berada pada tingkatan apa pola pikir anak pada saat dilakukan proses pembelajaran, serta apa yang menjadi proritas perkembangan psikologis seorang peserta didik. Pada uraian di atas telah dikemukakan bahwa seorang guru harus memperhatikan peserta didik secara individual. Hal ini menyangkut tingkat perkembangan, permasalahan yang sedang dihadapi dan lain sebagainya. Berikut ini akan dikemukakan pendapat para pakar dalam perkembangan anak:

a.       Teori Piaget.

Piaget mengatakan bahwa belajar merupakan aktivitas yang melibatkan proses berfikir yang komplek. Proses belajar terjadi pengaturan antara stimulus yang diterima dan dimiliki yang dibentuk dalam fikiran seseorang berdasarkan pemahaman dan pengalaman sebelumnya.

Kesiapan anak belajar di SD menurut Piaget adalah bila anak sudah mencapai tingkat berfikir operasional konkrit (usia 6/7-11/12 tahun). Pada tahap berfikir kongkrit ini anak sudah mampu memikirkan sesuatu (lebih dari satu beda) pada saat bersamaan bila yang difikirkannya bersifat nytata/konkrit.

b.      Jerome Bruner

Menurut Bruner, kesiapan belajar merupakan peristiwa aktif dan tidak bersifat pasif dalam mempengaruhi lingkungan belajar. Peristiwa aktif  yang merupakan tanda kesiapan belajar ditandai dengan perkembangan berfikit seseorang ditentukan oleh cara melihat lingkungan, yaitu melalui tiga tahap sbb.

                        1)      Tahap enaktif, yaitu anak melakukan aktifitas dalam upaya memahami lingkungan sekitanya dengan motoriknya.contoh, mengenal sesuatu melalui digigit, disentuh atau dipegang.

                        2)      Tahap ekonik, yaitu seseorang memahami suatu obyek/dunianya melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal

                        3)      Taham simbolik, yaitu seseorang mampu mengemukakan ide atau gagasan abstrak dipengaruhi oleh kamampuan bahasa dan logika melalui simbol-simbol bahasa, logika matematika dan sebagainya.

c.       Teori Vygotsky.

Dia mengatakan bahwa jalan fikiran seseorang harus dimengerti dari latar sosial budaya dan sejarahnya, artinya memahami jalan fikiran seseorang adalah dari asal usul tindakan sadarnya, dari interaksi sosial yang dilatari oleh sejarah hidupnya.

Menurut Piaget pertumbuhan berfikir anak berada pada tingkat berfikir operasional kongkrit. Maksudnya anak memiliki kemampuan memikirkan sesuatu suatu hal bila hal tersebut dikongkritkan/ bersifat nyata. Semakin bertambah usia anak maka kemampuan berfikir anak semakin meningkat ketingkat berfikir abstrak (berfikir formal)

Menurut Vygotsky, pertumbuhan berfikir anak bersifat contexs dependent atau tidak dapat dipisah-pisah dari kontek sosial.

a)      Cara belajar anak menurut Piaget lebih mementingkan interaksi antara siswa  dengan kelompoknya dari pada dengan orang yang lebih dewasa.

b)      Menurut Bruner, cara belajar anak akan berjalan denga baik jika guru memberi kesempatan pada siswa menemukan konsep teori, aturan, atau contoh-contoh yang dijumpai dalam kehidupannya.

c)      Menurut Vygotsky, anak memperoleh berbagai pengetahuan dan keterampilan melalui interaksi sosial atau sumber-sumber sosial di luar dirinya.

Pertumbuhan berfikir anak usia SD  berada pada tingkat berfikir kongkrit (Piaget), dan menurut Bruner tingkat berfikir anak memiliki dua komponen, yaitu pembentukan konsep dan tindakan pemahaman konsep.

Kedua ahli ini hampir  sama pendapatnya, yaitu anak usia SD berada pada tingkat berfikir kongkrit. Implikasi pertumbuhan berfikir anak usia SD ini menuntut agar dalam pembelajaran dilakukan sebagai berikut:

1)      Dalam membahas materi pelajaran dibawa kedalam suasana kongkrit dan kalau dapat dibawa ke dalam situasi nyata, sesuai dengan pendapat Bruner cara belajar anak dengan memberi kesempatan pada anak menemukan konsep dan pemahaman konsep dengan cara anaktif, ekonik dan simbolik.

2)      Bila dalam pembelajaran tidak dapat dibawa ke dalam realita yang sebenarnya, maka guru harus berupaya mengganti dengan pengganti suasana yang nyata, berupa penggunaan media pembelajaran. Sedapat mungkin guru harus berupaya agar dalam proses pembelajaran anak dapat memperoleh berbagai pengetahuan dan keterampilan melalui interaksi sosial atau sumber-sumber sosial di luar dirinya.

 

2.      Disain Pembelajaran

Esensi disain pembelajaran hanyalah mencakup empat komponen, yaitu siswa, tujuan, metode, dan evaluasi serta analisis topik. Empat komponen tersebut dipengaruhi oleh teori belajar dan pembelajaran, sedangkan analisis topik merupakan disain pembelajaran yang dihasilkan dari disiplin ilmu tertentu. Untuk mengetahui apa sebenarnya disain pembelajaran dengan mengacu kepada pendapat Rothwell dan Khazanas, 1992 dalam Dewi Salma Prawiradilaga (2007:15) dalam bukunya Prinsip Desain Pembelajaran (Instructional Design Principles) yang mengemukakan bahwa disain pembelajaran merupakan kegiatan merumuskan disain pembelajaran terkait dengan peningkatan mutu kinerja seseorang dan pengaruhnya bagi organisasi. Bagi mereka peningkatan kinerja berarti penginkatan kinerja organisasi. Disain pembelajaran melakukan hal tersebut melalui suatu model kinerja manusia.

Disain pembelajaran membantu seorang guru dalam dalam proses pembelajaran yang memiliki tahap segera dan jangka panjang. Kita percaya kondisi bahwa dalam pembelajaran terdapat kondisi-kondisi internal dan eksternal. Kondisi internal adalah kemampuan dan kesiapan diri peserta didik, sedangkan kondisi eksternal pengaturan lingkungan yang didisain. Kondisi eksternal inilah yang disebut dengan disain pembelajaran. Untuk itu disain pembelajaran harus lah sistematis, dan menerapkan konsep pendekatan sistem agar berhasil mengingkatkan mutu kinerja seorang guru. Disain pembelajaran yang sistematis dan efektif akan mendorong peserta didik dalam penguasaan materi pembelajaran. Sebagai contoh, tampilan buku atau modul yang menarik dapat menimbulkan minat belajar. Sedangkan pengolahan serta penyajian isi yang menarik dapat membangkitkan rasa ingin tahu yang tinggi.

  1. Kemampuan seorang guru dalam mengorganisir dan mendisain pembelajaran dengan sistematis, efektif dan menarik bagi peserta didik akan menimbulkan efek positif terhadap penguasaan materi pembelajaran, dan pada akhirnya akan mendongkrak mutu dan kualitas pendidikan, baik dari segi peserta didik itu sendiri, maupun dari segi guru. Dengan kata lain kalau hal ini tercipta dengan baik, akan menjadikan seorang guru itu menjadi guru yang profesional.

SIMPULAN DAN SARAN

SIMPULAN

        Guru harus mempunyai perencanaan yang matang, strategi pembelajaran, pendekatan-pendekatan, metode pembelajaran, dan evaluasi yang akan mengakomodir kompetensi kognitif, afektif, dan psikomotor peserta didik menuju ke arah pembelajaran yang bermakna serta guru harus siap untuk berubah dari metode yang konvensional kepada metode pembelajaran yang terkini dengan mengikuti perubahan zaman dan globalisasi.

Proses penilaian untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik dilakukan dengan penilaian proses dan asesmen. Hal ini memungkinkan peserta didik diidentifikasi secara menyeluruh mengenai penguasaan materi pelajaran, perbedaan penguasaan masing-masing peserta didik. Dan pada tingkat yang lebih lanjut peserta didik dapat menilai diri mereka sendiri. Guru harus menyiapkan dan memperhatikan penguasaan siswa berdasarkan hasil kerja yang dibuat oleh peserta didik, serta memberikan catatan-catatan kecil sebagai penanda tingkat penguasaan siswa.

Realita pembelajaran di SD yang umumnya bersifat abstrak ini harus dirobah. Guru harus diberi wawasan, keterampilan dan kesadaran untuk merobah proses pembelajaran yang bersifat abstrak menjadi situasi kongkrit. Upaya ini dapat menjadikan proses pembelajaran berjalan lebih baik dan kualitas pencapaian hasil dapat lebih optimal, profesional, dan sesuai dengan standar minimal pembelajaran dan percepatan sertifikasi guru.

Perkembangan peserta didik harus menjadi titik tolak seorang guru dalam melaksanakan proses pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan, dan segala sesuatu aktivitas yang dilakukan oleh guru harus mengacu kepada kompetensi, potensi, kemampuan, serta tingkat perkembangan peserta didik sesuai dengan tingkatan usia dan kesanggupan dalam penerimaan materi pembelajaran.

 

Seorang guru kelas untuk menuju ke arah profesional harus menguasai semua mata pelajaran yang dibelajarkan di sekolah dasar sesuai dengan kurikulum yang berlaklu, dan harus bisa membuat perencanaan yang matang agar tujuan pembelajaran bisa berjalan sesuai dengan yang dianjurkan kurikulum, serta harus memperhatikan siapa dan bagaimana tingkat perkembangan, tingkat kematangan, pola berpikir dan cara belajar anak, serta latar belakang masing-masing peserta didik. Setidaknya ada tiga aspek yang harus ditempuh oleh seorang guru dalam meningkatkan profesionalisasi melalui sertifikasi dalam jabatan seperti aspek personality guru (kemampuan, potensi akademik), dan aspek perkembangan anak yang perlu diperhatikan oleh seorang guru dalam melakukan proses pembelajaran yang berfokus pada peserta didik, dan aspek disain pembelajaran, serta pengakuan seorang guru dalam memenuhi segala kompetensi-kompetensi yang harus dilaksasanakan agar terciptanya guru-guru yang memenuhi persyaratan dalam menuju guru yang profesional. Langkah-langkah ini diharapkan akan meningkatkan profesionalisasi dan peningkatan sertifikasi seorang guru, sehingga mutu dan kualitas pendidikan dapat terangkat pada masa yang akan datang.

Dari pengamatan penulis, pembelajaran di SD belum menerapkan teori Piaget, Bruner dan Vygotsky. Guru cenderung membahas materi pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah yang diselingi dengan tanya jawab dan jarang sekali menggunakan media pembelajaran. Ini berarti proses pembelajaran bersifat abstrak dan tidak sesuai dengan pertumbuhan berfikir anak yang bersifat kongkrit sehingga sangat sulit bagi anak untuk dapat mengerti, memahami dan pengaplikasikan materi pelajaran dalam kehidupan anak di luar sekolah. Hal ini menjadi penting untuk dilakukan oleh seorang guru, agar mengetahui dan dapat menciptakan pembelajaran yang mengesankan, kreatif dan menyenangkan bagi peserta didik, sehingga tujuan pembelajaran dapat terlaksana dengan baik, efisien, dan efektif.

Realita pembelajaran di SD yang umumnya bersifat abstrak ini harus dirobah. Guru harus diberi wawasan, keterampilan dan kesadaran untuk merobah proses pembelajaran yang bersifat abstrak menjadi situasi kongkrit. Upaya ini dapat menjadikan proses pembelajaran berjalan lebih baik dan kualitas pencapaian hasil dapat lebih optimal, profesional, dan sesuai dengan standar minimal pembelajaran dan percepatan sertifikasi guru.

Perkembangan peserta didik harus menjadi titik tolak seorang guru dalam melaksanakan proses pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan, dan segala sesuatu aktivitas yang dilakukan oleh guru harus mengacu kepada kompetensi, potensi, kemampuan, serta tingkat perkembangan peserta didik sesuai dengan tingkatan usia dan kesanggupan dalam penerimaan materi pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi proses pembelajaran pendidikan seni musik yang dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 08 Pulau Air Kec. Lubuk Begalung Kota Padang, mengindikasikan bahwa pembelajaran yang dilakukan masih menganut pendekatan konvensional. Pendekatan yang disyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada kelas awal adalah pendekatan tematis, dengan indikasi bahwa proses pembelajaran dilaksanakan bertumpu pada tema yang menjadi fokus pembelajaran dan mengaitkan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lain yang behubungan, dan tidak terlihat perbedaan yang mencolok antar masing-masing mata pelajaran.

Proses penilaian untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik dilakukan dengan penilaian proses dan asesmen. Hal ini memungkinkan peserta didik diidentifikasi secara menyeluruh mengenai penguasaan materi pelajaran, perbedaan penguasaan masing-masing peserta didik. Dan pada tingkat yang lebih lanjut peserta didik dapat menilai diri mereka sendiri. Guru harus menyiapkan dan memperhatikan penguasaan siswa berdasarkan hasil kerja yang dibuat oleh peserta didik, serta memberikan catatan-catatan kecil sebagai penanda tingkat penguasaan siswa.

 

SARAN

            Salah satu tuntutan pendidikan di masa yang akan datang adalah terciptanya guru yang profesional, baik dalam proses pembelajaran, maupun dalam pemenuhan persyaratan minimal seorang guru yang devaluasi melalui fortopolio dan berbagai dokumentasi aktivitas guru itu sendiri atau yang dikenal dengan sertifikasi secara nasional. Peningkatan profesionalisasi melalui sertifikasi guru dalam jabatan, merupakan salah satu tuntutan yang harus dipenuhi oleh seorang guru dalam mendongkrak kemajuan peserta didik sebagai aset nasional, dan pada tatanan yang luas meningkatnya mutu pendidikan nasional.

Mengacu pada peningkatan profesional melalui sertifikasi guru dalam jabatan diharapkan agar:

  1. Guru harus memperhatikan individual peserta didik secara seksama, agar kompetensi, potensial, serta kemampuan peserta didik dapat terakomodir dalam proses pembelajaran yang akan bermuara pada penguasaan seluruh materi pembelajaran yang diberikan oleh seorang guru .
  2. Guru benar-benar melaksanakan tugasnya sebagai seorang guru yang profesional, yang memperhatikan pembelajaran yang dilaksanakan apakah sudah sesuai atau mengangkat kompetensi, potensi, dan kemampuan peserta didik. Proses pembelajaran yang dilaksanakan apak sudah berpusat pada peserta didik, dan apakah sudah mendisain pembelajaran secara sistematis, efektif, serta menarik bagi peserta didik.
  3. Seorang guru harus mendisain pembelajaran secara sistematis, efektif dan menarik bagi peserta, agar terciptanya kondisi pembelajaran yang aktif dan produktif, dan kinerja seorang guru yang lebih profesional.

Diterbitkan oleh Dr. Desyandri, S.Pd.,M.Pd

Desyandri. Lahir di Suliki, Kab. 50 Kota Propinsi Sumatera Barat pada tanggal 29 Desember 1972. Dosen Tetap di jurusan S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) dan S2 Prodi Pendidikan Dasar FIP Universitas Negeri Padang sejak tahun 2006. Memperoleh gelar Ahli Madya (Amd) pada Jurusan Pendidikan Sendratasik FPBS IKIP Padang tahun 1996, Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Jurusan Pendidikan Sendratasik FPBS IKIP Padang tahun 1998. Memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd) tahun 2011 Program Studi Pendidikan Dasar Pascasarjana UNP. Memperoleh gelar Doktor (Dr) Ilmu Pendidikan tahun 2016 pada Program Studi Ilmu Pendidikan Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). E-mail: desyandri@fip.unp.ac.id.

5 tanggapan untuk “PENINGKATAN PROFESIONALISASI GURU

  1. susunan kata dan kalimat sangat rapi dan apik… kebetulan saya mengambil tema skripsi tentang penerapan metode paikem di STM atau SMK… semoga dapat membantu

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.